Wednesday, June 8, 2011

IS HE THE ONE? [Cewek wajib baca!]



Bergaul dengan banyak orang sudah menjadi santapan sehari-hari. Dikelilingi oleh banyak teman pria, juga sudah biasa. Dekat dengan beberapa pria yang hampir menjadi kekasih resmi, tentu. Tapi ketika tiba waktunya kita ingin melangkah lebih serius bersama seseorang, pikiran pun berkecamuk. Siapa yang benar-benar saya inginkan?
 
Memilih memang bukan perkara mudah, apalagi jika kita termasuk golongan ‘sesat’ karena begitu plin-plan (atau begitu banyak pilihan, hihihi). Sebetulnya dilema semacam ini tak hanya menyangkut urusan cinta, tapi juga ‘printilan’ kecil lainnya. Contoh: “Hmm … bagusnya kamar dicat warna pink atau ungu?, “Beli handphone tipe A atau B ya?”, “Mending beli tas atau sepatu ya bulan ini?”, dan sederet kalimat yang diawali dengan kata ‘mendingan mana’ atau ‘bagusan mana’ lainnya.


Is He The One?

Ya ampun. Kalau untuk hal-hal sepele saja kita sudah dilema, apalagi yang menyangkut urusan hati! Padahal kelihatannya simple ya, tinggal pilih 1 di antara 2, kok repot? Simak kisah Aletta (25) saat ada dua pria yang mengajaknya menikah; si mantan pacar dan kekasihnya saat ini. Setelah hampir setahun lalu putus (dan belum bisa melupakannya), ehh si mantan hadir kembali dan mengajak Aletta untuk menikah. Begitu tahu Aletta diajak menikah oleh pria lain, pacarnya saat ini nggak mau kalah. Ia juga membuktikan keseriusannya dengan melamar Aletta. 

Di tengah kebingungan Aletta, banyak saran sehat dari teman-temannya agar memilih pacar yang sekarang saja. “Udah, sama cowok kamu saja. Kalau sama mantan, itu kan cerita lama. Lagian kalau dulu putus, berarti kan ada yang “salah” dengan kalian berdua,” begitu usul seorang teman kepada Aletta. Tahu apa yang bikin gemes??? Aletta mengaku masih mencintai mantan pacarnya karena dulu putus baik-baik! “Gue masih sayang sama dia (baca: ex boyfriend), tapi juga nggak bisa ninggalin dia (baca: current boyfriend). Mereka berdua punya karakter yang saling melengkapi,” papar Aletta. Nggak mau rugi!


Pros & Cons

Apa yang kita lakukan sebelum membeli gadget baru? Tentu mempelajari kelebihan dan kekurangannya disbanding produk lain! Demikian juga urusan memilih cinta. Kalo bisa sih, emang enak milih dua-duanya! Tapi mana mungkin? Jadi coba untuk memulai proses sulit ini adalah dengan melakukan evaluasi terhadap hubungan kita dengan keduanya. Bikin daftar kebaikan versus keburukan keduanya. Bikin juga daftar ideal relationship versi kita, lalu tentukan dari karakteristik keduanya mana yang mendekati.

Setelah itu mulailah untuk menggali informasi lebih dalam sehingga bisa menemukan “persamaan” tentang masa depan. Diskusi bisa soal mimpi berdua, goals, gaya hidup, pengen punya anak berapa, termasuk soal finansial. Simak cara yang dilakukan Ayu (29) setelah berhasil memilih soulmate-nya. “Aku coba lebih deket dengan keduanya, karena pengen tau perasaan mereka sesungguhnya. Aku kadang bikin banyak “ulah” biar bisa nge-test mereka, hehe… Pokoknya aku berusaha memilih satu yang cocok sehingga merasa nyaman,” tutur Ayu.

Dari situ, kita akhirnya memilih seseorang yang membuat diri kita merasa nyaman. Jujur terhadap perasaan Anda, tidak hanya terhadap diri sendiri, tapi juga terhadap calon pasangan Anda.


Intuisi

Untuk lebih meyakinkan diri, ada baiknya ikuti intuisi kita. “Saya nggak tahu kenapa jadi ragu dengan pria yang mengajak saya menikah. Rasanya beda banget, bawaannya jadi takut. Jangan-jangan jika nanti kami menikah, tidak akan bertahan lama. Apalagi, cara berpikir kami bisa sangat bertolak belakang,” ungkap Ririn. 

Ada kalanya, seseorang dalam mengambil keputusan selalu mengikuti kata hatinya. Tak salah sih pecaya dengan intuisi. Tapi jangan sampai ini nantinya justru jadi bumerang. Meski konon katanya intuisi itu berperan penting dalam menciptakan sebuah keputusan, tapi baiknya diikuti juga dengan pertimbangan logika. Keputusan yang dibuat jangan hanya berdasarkan emosional −merasa nggak enak, takut menyakiti, dan sebagainya, tapi juga berdasarkan keputusan yang matang. 

Cari tahu juga apa sebenarnya yang kita inginkan. Seperti apa gambaran hubungan yang kita inginkan? Apakah kita siap menjalaninya? Mampukah kita bertanggung jawab akan keputusan yang dibuat? Hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya.  

Pada akhirnya, berbagai pertimbangan dan kesiapan hati tersebut akan membuat kita mampu menjawab pertanyaan klasik tersebut: “Is he the one?”. Good luck, girls!  


Share this history on :