Seorang pria juga seorang Ayah sedang sibuk menghiasi ruangan barunya dan memutuskan memamerkan seluruh piagam penghargaan yang diperoleh daro ketiga putranya dalam berbagai reward.
Ketika dia telah selesai menghiasi seluruh dinding dengan bingkai-bingkai cantik yang didalamnya piagam penghargaan, ia berkata kepada istrinya yang hanya Ibu rumah tangga, yang hanya mengasuh ketiga putranya itu bahwa seharusnya istrinya merasa malu karena tidak ada menyumbangkan satu piagam penghargaan pun untuk dipajang.
Keesokan harinya, sang istri hanya membuka lemari dan melihat sebuah kertas yang tak lain adalah tiga lembar kertas atas kelahiran putranya dulu, lalu ia pasang kertas tersebut di dalam sebuah bingkai yang rapi dan menggantungkannya ketiga kertas itu untuk dipamerkan.
Ketika dia telah selesai menghiasi seluruh dinding dengan bingkai-bingkai cantik yang didalamnya piagam penghargaan, ia berkata kepada istrinya yang hanya Ibu rumah tangga, yang hanya mengasuh ketiga putranya itu bahwa seharusnya istrinya merasa malu karena tidak ada menyumbangkan satu piagam penghargaan pun untuk dipajang.
Keesokan harinya, sang istri hanya membuka lemari dan melihat sebuah kertas yang tak lain adalah tiga lembar kertas atas kelahiran putranya dulu, lalu ia pasang kertas tersebut di dalam sebuah bingkai yang rapi dan menggantungkannya ketiga kertas itu untuk dipamerkan.
Sang Suami, “Maafkan aku, istriku. Engkau adalah malaikat bagiku, bagi putraku. Tanpamu dirumah, seakan gelap diantara terik matahari"
Terimakasih Istriku pekerjaanmu sebagai seorang Ibu adalah paling mulia dihadapan Tuhan.