Saturday, June 4, 2011

Cinta yang pergi [TentangCinta]



Waktu terasa begitu cepat jalannya. Sebentar lagi dia akan berusia 35 tahun. Dan teman-teman lainya sudah asik menimang-nimang anak. Di dalam hati ada kesepian yang sangat. sebenarnya akupun membutuhkan perhatian dan cinta. Namun aku takut memulai. Tak banyak wanita yang ku kenal di sekeliling hidupku. mungkin aku telah patah arang.
 
Benar kata orang, bila wanita putus cinta, mereka akan bertambah cantik dan bertambah gaya. Bila pria putus cinta makin kusam, hidup ngak teratur dan tampang makin jelek sejeleknya. Itulah yang terjadi pada ku. dalam Masa 3 tahun bersama Vina hilang begitu saja, saat Vina mengabarkan dia menerima tunangan dari mamanya. Baginya itu adalah alasan yang dibuat-buat.

Wahai jiwa yang berada di dalam rasa dan diriku, 

Apakah aku terlalu banyak berdialog dengan diriku sehingga aku kurang mampu berkomunikasi dengan lingkunganku? 

Apakah aku adalah orang yang selalu berpikir picik dalam kehidupan ini?

Apakah aku terlalu egois terhadap diriku sendiri?

Pertanyaan ini yang selalu menyeruak dan bermain dalam lamunan hati sehingga bertambah hancur.

Dan ini adalah cinta kedua yang kandas. Satu tahun lalu aku menjadi kacau balau dan galau sampai-sampai aku pernah hampir di PHK dari pekerjaan. Sebab jarang masuk kerja dan kalaupun masuk enggak ada kerjaan yang beres pada waktunya dan aku bingung mau ngerjain apa. Untunglah atasanku sangat baik padaku dan sering memberi kata motivasi dalam semangat hidup.

Sering gelap dalam pikiranku tak seperti terangnya sinar matahari. Kulihat cahayanya menyilaukan mata, panasnya membuat dahi mengeluarkan keringat. Aku hanya bisa mengusap keringat itu dengan lenganku sebagai tanda bahwa aku kelelahan. Mana sempat aku bawa sapu tangan dari rumah dengan kondisiku saat itu. "Tuhan, sepertinya aku tak sanggup lagi menahan semua ini." 

*****

Pukul tujuh malam telah tiba, aku pun buru-buru pulang untuk menepati janjiku harus bertemu dengan Vina di sebuah resto favoritku. Dan Kamipun duduk berdua sambil makan malam.
Bercampur dengan cahaya lampu yang membuat wajah Vina menjadi bidadari cantik yang menggetarkan hati ini. Begitulah kiranya hasil proyektor otak ku saat itu. Kulitnya yang putih tak mungkin terbakar oleh sinar itu, saat-saat seperti ini hatiku membutuhkanmu untuk memadamkan asmara yang kian memuncak ketika aku merindukan Vina setelah 3 tahun berlalu. Isi hatiku pun tak mampu keluar dari mulutku. Ah, yang bisa dilakukannya hanya diam, bicara hanya mampu melalui mimpi atau saat ia lagi sendiri.

Kini Vina ternyata telah berubah, makin gemuk dan wajahnya tak secantik dulu. Ada raut penderitaan di bola matanya. Setelah selesai makan kamipun bicara ke inti persoalan. Tak terasa ada air mata di wajah Vina. aku pun mendadak terharu. Cerita yang dia lontarkan cukup mengagetkan ku. Aku berpikir Vina pasti bahagia hidupnya.

Ternyata tak seperti perkiraanku. Suaminya ternyata seorang don juan. Punya banyak simpanan wanita. Jarang pulang dan kalau pulang pun hanya pertengkaran yang ada. Sejak anak pertamanya lahir suaminya berubah. Suka kasar dan suka memukul.

Aku hanya terdiam dan tak sanggup berkata. Aku adalah orang lain sekarang bagi Vina. Dan semuanya tak akan bisa kembali seperti dulu. aku sadar, tak baik bagiku menjadi orang ketiga di keluarga Vina. Itu akan menambah persoalan baru.

Lamunanku kembali buyar Vina menyadarkan aku, mungkin karena hatiku menghibur diriku yang selalu kesepian ini, membuatku dapat tersenyum cerah tanpa beban dihadapannya.

"Den..maafkan Vina ya. Vina telah menghancurkan hati kamu, dalam hati kecil Vina, Vina masih mencintai kamu. Dan tak akan hilang sampai kapan pun, terimakasih kamu telah mau menemani malam ini." 

Tanpa terasa hari sudah kian malam dan selama dalam perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya bersyukur. Waktu yang sempit sekali pun harus kusyukur. Rembulan malam tepat berada di tengah-tengah ketika nada-nada itu tiba-tiba lenyap digantikan keheningan yang luar biasa. Keheningan yang membawaku menyadari ternyata aku benar-benar sendiri, dan aku yang telah terbiasa sendiri ini menjadi ketakutan, bukan takut karena aku seorang diri disini, tapi takut dengan kesendirianku yang selalu menyendiri, seperti sekarang ini. Aku tetap terdiam merenungi kesendirianku, kenapa aku selalu ingin sendiri ? dan berulang kali aku mencoba untuk bisa hidup dengan orang lain ternyata tetap tidak nyaman tidak seperti ketika aku sendiri. Mungkin aku selalu merindukan kesendirianku.

Aku termenung…aku tak tahu mesti berkata apa. aku pada posisi yang salah. Bagaimanapun rasa suka masih ada. Tapi cinta nya telah hilang buat Vina.Saat aku pulang samar-samar di radio di mobilku terdengar lagu dari "Selamat jalan kekasih... Manis yang berujung perih...Kisah ini terlalu indah tuk jalani ini semua". Tanpa sadar air mataku menetes di pipi. "Tuhan…kuatkan iman hamba" aku berdoa. Dan aku sadari aku pun tidak bisa memiliki Vina ku lagi.. pergilah biarkan ku nikmati indah dirimu hanya dalam bayang-bayang sepi.

Aku terus berdoa, "Tuhan sesungguhnya aku ini lemah, maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang Maha Pengasih. Biarkan aku ikhlas dalam melepas Vina. Takdirmu adalah nyata segalanya bagiku. Pergilah cinta dengan rasa yang selalu kujaga. Raihlah hidupmu. Bukankah cinta tidak harus selalu memiliki?" Hanya pikiran itu yang ada di benakku kini.

*****

Bahagia itu tak slalu memiliki hal yang terbaik, hanya berusaha menjadikannya terbaik dari hal-hal kecil di dalam hidupnya

Jangan pernah memikirkan kenapa aku memilih kamu tuk dicintai, sadarilah bahwa cinta ini yang memilih aku untuk mencintai kamu

Inilah cinta bila terpancarkan didalam hati dengan jujur juga setia, kamu akan merasakan begitu indahnya mencintai dan dicintai