Sunday, May 1, 2011

TERIMA KASIH IBU


Hay sahabat TERIMA KASIH IBU, jumat lalu saya bertandang ke salah satu Bank Swasta untuk bertemu sahabat saya yang bekerja disitu. Setibanya saya di area Bank tersebut, ada seorang Ibu-Ibu yang sedang menadahkan tangan dibarengi tremor yang kuat sehingga orang-orang disekitar menyangkanya ia menderita ayan.

Di iringi rinai hujan, ia tetap menadahkan tangannya. Menanti orang lain yang berbelas kasih untuk memberinya sedikit uang, walaupun hanya seratus rupiah sekalipun.

Kerap kali ia diusir oleh security bank. Mengganggu pemandangan para nasabah, katanya.

Dalam hatiku "Ah.. apa hubungannya para nasabah dengan perempuan itu? Toh perempuan itu tidak masuk ke dalam bank!" 
Kadang ia didorong, kadang ia ditendang. Enak rasanya bagi orang yang punya gaji setiap bulannya untuk tidak memikirkan apakah hari ini ia akan bisa makan atau tidak.

Lalu tiba-tiba langit menjadi gelap dan air yang di awan siap-siap akan runtuh. Saya datangi perempuan itu kemudian mengangkatnya dan membantunya berjalan menuju tempat yang aman dari hujan.

Tiba-tiba muncul seorang pemuda yang umurnya kira-kira hampir sama seperti saya, dalam keadaan basah dan langsung melihat perempuan disebelah saya. Ternyata perempuan ini adalah Ibu kandungnya.

Hujan pun runtuh dengan deras, sambil menunggu hujan reda, saya pun tidak bisa beranjak lalu terdengar suara parau dari sang Ibu bertanya kepada anaknya.

"Berapa penghasilan hari ini, Nak?"
"Sedikit, Bu."

"Ibu juga hanya sedikit. Malam ini kita tidak bisa makan nasi. Maafin Ibu nak" 

Dengan tangannya yang bergetar karena dinginnya hujan, sang Ibu pun membelai dan mengelap rambut si pemuda tersebut dari rintikan hujan.

"Jangan meminta maaf, Bu.." Jawab anaknya.
"Aku punya sesuatu buat ibu dari hasil yang aku tabungkan" 

Pemuda tersebut membuka kantung plastik.  Ada sehelai kain putih bersih tanpa noda.

"Kerudung Ibukan sudah rusak. Ini Saya belikan yang baru untuk Ibu dipasar tadi.."

Sang Ibu pun tertegun melihat kain tersebut dengan mata yang berbinar-binar, seolah-olah ia melihat benda yang paling mewah seumur hidupnya.

"Alhamdulillah..." Bisiknya sambil meneteskan air mata.

Sang pemuda lalu menoleh ke saya, dengan suara yang rendah, “Saya tidak pernah takut miskin mas, Saya tidak takut diusir, apalagi tidak makan, Saya tidak pernah takut apapun kecuali Tuhan. Sesuatu yang paling Saya takutkan adalah melihat dia Ibuku menangis mas.

Astaga, setelah mendengar ucapan dari pemuda ini, hatiku berdetak teringat dosa-dosa kepada Ibu.


Ampuni aku Tuhan, terlalu banyak dosa yang tlah aku lakukan kepada Ibu. 
Tak pernah terekam luka dihatinya ketika aku menyakiti hingga membuatnya menangis.

Setiap kali aku berbuat kesalahan, Dia hukum aku dengan nasehat,
Setiap kali aku kecewa, Dia bangun di malam sepi lalu berdoa untuk ku
Setiap kali aku dalam kesakitan, Dia obati dengan penawar dan semangat
Dan bila aku mencapai kesuksesan, Dia hanya meminta bersyukurlah kepada Tuhan
Dan Dia selalu tersenyum sebelum aku mengucapkan kepadanya "Terimakasih Ibu"