Wednesday, January 19, 2011

Pejuang pejuang kehidupan

Semenjak dalam rahim dan sampai sekarang ini pasti aku telah mengenal sosok seorang Ibu yang teramat aku cintai,sayangi dan aku kagumi yaitu IBUKU yang telah melahirkanku, merawatku dan membimbingku hingga saat ini. Tak pernah bosan aku membayangkan, mengagumi dan seharusnya mencontoh kesabaran ibuku dalam menjalani kehidupannya hingga sekarang ini.

Aku kenal ibuku yang telah melahirkan 8 anak, hidup bersama ayahku yang kukenal bertemperamen agak galak dan penuh dengan kedisiplinan (maklum ayahku seorang guru yang pasti harus disiplin pada keluarganya seperti juga pada anak didiknya). Setelah berhenti bekerja alias telah datang masa pensiun ayahku jatuh sakit, penyakit yang banyak menyerang terutama kaum lanjut usia yaitu stroke. Bertahun-tahun sampai pada akhirnya ayahku meninggal, ibuku dengan penuh kesetiaan dan kesabaran, merawat dan melayani ayahku. Karena kami tinggal di kampung berjalan kaki jarak jauh tidak begitu terasa lelah karena suasananya yang damai, dan ibuku yang telah berusia 74 tahun selalu berjalan kaki bersama temannya untuk mengunjungi makam suami mereka masing-masig. Aku kagum dan bangga pada ibuku, Ya Tuhan….berikan selalu kesehatan, kesabaran, kebahagiaan dan panjang umur pada ibuku.


Setelah aku menikah, ada lagi sosok Ibu yang aku kagumi yaitu Ibu Mertua-ku, yang sampai sekarang beliau masih menjalankan aktivitasnya setiap hari. Di pagi itu kira-kira hampir subuh, aku mendengar orang sedang mandi, aku tanya pada suamiku, dia bilang Ibu yang sedang mandi. Aku pun melanjutkan penelusuran itu. Setelah adzan subuh ibu langsung sholat subuh dan tidak berapa lama langsung memakai baju hangat/jaket dan bergegas keluar rumah meski pekat masih menghiasi alam, dengan berjalan kaki menuju jalan raya dan pergi kepasar naik metromini meski hanya seorang diri, berdagang adalah pekerjaan setiap hari dan beliau seakan tiada peduli dengan apa yang akan terjadi.


Pekerjaan berdagang beliau jalani semenjak ke tujuh anaknya masih kecil dan bersekolah, hal itu harus dilakukan karena sesuatu hal perpisahan dengan suaminya harus terjadi. Apabila anak-anaknya sibuk dan tidak ada seorangpun yang datang untuk membantu menutup kios, maka sebelum sholat maghrib beliau harus menutup kiosnya seorang diri dengan mengangkat papan-papan kayu untuk menutupinya.


Maafkan kesalahan mantumu ini apabila telah salah dan lancang menuliskan tentang kekagumanku pada IBU/mertua-ku, yang pergi bekerja setiap pagi subuh dan pulang pukul 8 malam untuk menghidupi ke tujuh anaknya tanpa seorang pendamping/suami. Ya TUHAN…..berikan beliau Kesehatan, kesabaran, kekuatan, panjang umur dan kebahagiaan….